What you'll choose, what you'll become

 

SetTheMindSet.img
Pernah gak terlintas difikiran kita - apa tujuan kita hidup?

Dan harus seperti apa kita menjalani kesempatan yang telah diberikan ini?

Pertanyaan-pertanyaan ini yang sering muncul pada diri saya. Haruskah saya hidup seperti ini atau sudah benarkah jalan hidup dan pilihan pilihan hidup yang selama ini saya ambil?

Bagaimana jika, dulu saya memilih hidup bebas tanpa beban dan tidak memperdulikan masalah tanggung jawab dan hanya mencari kesenangan semata. Akan menjadi seperti apa hidup saya? 

Dan bagaimana jika dulu saya memilih hidup taat dan selalu memperhatikan keseimbangan kebutuhan dunia dan akhirat saya. Akan seperti apa kehidupan saya kedepannya?

Ibaratkan pilihan hidup kita ini seperti sebuah kertas kosong, dan pada saat yang bersamaan kita sedang memegang sebuah kuas bertinta hitam. Pilihannya adalah : apa yang akan kita goreskan diatas kertas kosong tersebut? akankah menjadi sebuah seni indah atau hanya akan menjadi coretan yang tidak ada maknanya?

Pilihan hidup, terkadang terasa berat. Tapi pernahkan berfikir, seberapa berat beban kedua orang kita dalam mendidik, membimbing serta mengarahkan hal baik dalam hidup kita? - Karna kitalah kertas kosong mereka.

Mungkin kertas mereka telah terisi dengan beberapa kesalahan dimasa sebelumnya, namun percayalah tidak ada orang tua didunia ini yang mau anaknya merasakan kesalahan yang pernah mereka rasakan dulu.

Mungkin dulunya, kedua orang tua kita bukanlah orang yang beredukasi tinggi dan hanya berasal dari keluarga yang harus mencari nafkah hari ini untuk makan besok. Pasti mereka tidak mau anak anaknya kelak merasakan hal serupa seperti yang mereka rasakan dulu.

Dengan sekuat tenaga mereka mencari cara untuk memberikan edukasi terbaik demi sang buah hatinya dengan harapan dimasa mendatang buah hatinya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan memperbaiki garis kehidupan yang pernah orang tuanya lalui.

Dengan sekuat tenaga mereka bersitegang dengan kita demi mengarahkan anaknya agar tidak terjerumus kedalam hal yang membuat mereka khawatir. Hal yang membuat mereka merasa, mereka gagal sebagai orang tua. Hal yang membuat hati mereka teriris saat mereka tidak mampu mengarahkan anaknya ke hal yang lebih baik. Dengan rasa sakit itu, mereka merasa telah gagal.

Dengan sekuat tenaga mereka menipis omongan orang diluar sana dan menutup telinga mengenai seberapa besar penghasilan mereka dibandingkan kedua orang tua kita. Bukan karna mereka tidak mampu bersaing dengan penghasilan rekan mereka diluar sana, bukan. Mereka hanya ingin fokus menafkahi kita dengan jerih payah yang dapat mereka lakukan. Dengan cara halal tanpa ada rasa iri pada penghasilan orang lain, karna mereka sadar itulah porsi rejeki mereka untuk menafkahi kita. 

Lantas, kehidupan seperti apa yang kita pilih? 

Haruskah kita bersikap egois memilih kesenangan hidup kita semata tanpa pernah mempertimbangkan hal-hal yang pernah orang tua kita berikan dulu?

Haruskah kita bersikap congkak terhadap hal-hal yang pernah orang tua kita lakukan demi menghantarkan kita hingga tahap ini?

Harus kah kita seperti itu? 

Bermaknakah hidup kita jika kita berlaku demikian?

Memang kitalah kertas kosong mereka, namun mereka sebatas mendidik dan mengarahkan. Masalah eksekusi, semua berada ditangan kita. Kita yang menentukan.

"take responsibility for what you choose" - unknown

0 komentar